PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) aktif mengembangkan inisiatif strategis untuk dapat lebih memaksimalkan potensi sinergi dengan startup. Dalam melakukan penanaman modal ke startup misalnya, MCI tidak hanya melihat aspek investment gain, tetapi juga kontribusi bisnis yang dapat diberikan kepada startup melalui sinergi dengan Mandiri Group.
Rabbi Givatama, SEVP Investment & Synergy MCI mengatakan, sinergi positif akan menghasilkan pertumbuhan bisnis yang mampu menjadi fondasi untuk menghadapi tantangan ekonomi. Maka dari itu, MCI terus aktif membuat inisiatif strategis yang mampu menjadi wadah untuk saling berkolaborasi.
“Melalui inisiatif Xponent yang kami hadirkan di tahun lalu diikuti oleh 40+ startup dan 20 unit bisnis di Mandiri telah terwujud 5 kerja sama, baik itu dari startup portfolio maupun non-portfolio. Xponent akan hadir kembali di bulan Maret 2023 dengan misi yang sama yaitu mendorong pertumbuhan bisnis startup dan Mandiri Group melalui sinergi, MCI hadir dan siap menjadi front end dari penguatan inovasi dan kolaborasi tersebut,” katanya dalam acara Trends & Outlook 2023: Opportunities During Tech Slowdown (08/02/2023).
Beberapa inisiatif strategis lain akan MCI jalankan di tahun 2023, seperti accelerator dan MCI Labs dengan tujuan membangun knowledge, business traction dan networks bagi startup, serta memperkenalkan inovasi baru kepada Mandiri Group. Dalam menjalankan inisiatif ini, MCI akan membuka ruang kolaborasi dengan mitra-mitra strategis lain. “Selama ini aktivitas sinergi memiliki peranan penting dalam membantu startup mendapatkan traction dan captive market dari Mandiri Group,” tambah Rabbi.
Di sisi lain, Dennis Pratistha selaku Chief Investment Officer MCI menyebut, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh para startup agar bisnisnya dapat berkelanjutan. Pertama, biaya operasional. Menurutnya, hal ini tidak selalu berarti mengurangi pertumbuhan, tetapi dapat dengan mengevaluasi kembali proses bisnis dengan struktur yang efisien.
Dalam sisi operasional, baik tenaga kerja, pemasaran, dan infrastruktur cloud, startup harus memastikan bahwa mereka memilih model yang paling hemat biaya dan tidak menggunakan lebih banyak daripada yang mereka butuhkan.
“Pada awalnya, startup cenderung akan ‘membakar uang’ untuk membangun top-of-mind merek dan menjangkau target pasar mereka. Namun, saat ini telah terbukti bahwa strategi ini tidak selalu berhasil karena pada dasarnya startup adalah sebuah bisnis yang harus mencari profitability. Saat ini startup harus fokus kepada inisiatif yang memiliki dampak positif terhadap bottom line untuk memiliki path to profitability dan mencapai self sustain. Tidak lagi growth at any cost,” tuturnya.
Selanjutnya, orang-orang di belakang startup harus selalu mengasah kompetensi dan bergabung ke dalam komunitas profesional. Perusahaan harus membantu tim untuk memiliki keterampilan digital karena sangat penting bagi bisnis.
Ketiga, startup harus berinovasi dan memecahkan masalah. Saat ini investor cenderung berfokus pada fundamental bisnis dengan penekanan pada pendapatan. Solusi atas permasalahan yang ditawarkan oleh startup pun harus memiliki model bisnis yang tepat dan dapat menghasilkan pendapatan agar dapat bertahan, sehingga startup dituntut harus memiliki path to profitability.
“Startup masih dapat berkembang meskipun mendapatkan banyak tantangan. Selama startup membangun fundamental bisnis yang kuat dan agile, serta mencari peluang yang baru, perusahaan akan dapat mencapai bisnis yang berkelanjutan,” ujar Dennis.
Adapun sejak 2022, MCI telah mengelola dua Fund tambahan, yaitu Indonesia Impact Fund (IIF) dan Merah Putih Fund. Di tahun ini, IIF siap untuk meningkatkan jumlah dana kelolaan melalui kerja sama strategis dengan sektor swasta dan BUMN, sehingga IIF dapat lebih berperan aktif untuk mendorong kegiatan investing dan mendorong terciptanya dampak positif di lingkungan dan masyarakat.
Sumber: https://swa.co.id/swa/capital-market/mci-bangun-ruang-kolaborasi-untuk-dorong-pertumbuhan-bisnis-startup