Chief Investment Officer MCI Dennis Pratistha / DailySocial
Usai menetapkan langkahnya untuk mengelola LP luar, Mandiri Capital Indonesia (MCI), lengan investasi Mandiri Group, mantap untuk memperluas cakupan investasinya ke skala global. Besok (23/4), MCI memboyong sembilan (9) portofolio untuk tampil di konferensi fintech Money 20/20 Asia yang digelar di Bangkok, Thailand.
Bangkok akan menjadi pijakan awal MCI untuk memulai ekspansinya di kawasan regional melalui peluncuran program Xponent pertama di luar negeri. Seluruh portofolio MCI berkesempatan untuk melakukan showcase produk dan layanannya di sana. Ke-9 portofolio ini antara lain Mekari, KoinWorks, Ayoconnect, Delos, iSeller, Kecilin, Fishlog, Imajin, dan AI Rudder.
Adapun, MCI menjadi satu-satunya Corporate Venture Capital (CVC) dari Indonesia yang menjadi exhibitor Money 20/20 Asia yang digelar pada 23-25 April 2024.
“Kami menyiapkan fondasi, framework, sejak 2021 agar MCI bisa berjalan tanpa terus bergantung dari injeksi modal induk usaha. Kami ingin MCI bisa menjadi top of mind, kalau tidak dikenali, bagaimana mau fundraise?” tutur Chief Investment Officer MCI Dennis Pratistha saat diwawancarai DailySocial.id pekan lalu.
Dennis menambahkan bahwa kehadiran Xponent di Money 20/20 Asia akan menjadi langkah strategis untuk mengintegrasikan startup dan perusahaan luar negeri yang aktif dengan jaringan dan sumber daya yang dimiliki oleh Mandiri Group.
Sejak beberapa tahun terakhir, MCI diketahui mulai fokus untuk berinvestasi strategis di sektor beyond fintech, seperti agrikultur, aquakultur, dan manufaktur. Tujuannya tak lagi sebatas penyertaan modal ke startup, tetapi juga penciptaan value creation bagi portofolio dan bisnis unit Mandiri Group.
Untuk memantapkan posisinya sebagai investor strategis, ujar Dennis, MCI pun menginisiasi program XYZ yang berisikan sejumlah program turunan, yakni Xponent, Xchange, Y-Axis, dan Zenith Accelerator. Seluruh program ini bertujuan untuk mengeksplorasi peluang pertumbuhan startup dan menghubungkan pelaku startup dengan ekosistem kunci.
“We only invest in companies where we are confident we can add value to them in terms of business. Kami punya ekosistem besar, Mandiri Group, juga BUMN. Kami bisa leverage, bring value untuk tap ke ekosistem bagi portofolio dan non portofolio. Ini yang mendorong kelahiran XYZ,” tuturnya.
Dana kelolaan untuk ekspansi
Saat ini, dana kelolaan (fund) Global Climate Tech Fund tengah disiapkan sebagai kendaraan investasi global MCI berkolaborasi dengan Investible, VC asal Australia. Dana kelolaan ini ditargetkan bertahap dapat mencapai $150 juta pada penggalangan tahap awalnya tahun ini. Beberapa portofolio yang sudah disuntik modal adalah Greenhope, Cakap, Delos, dan FishLog.
Global Climate Tech Fund menjadi kelanjutaan dari komitmen Indonesia Impact Fund (IIF) untuk mendukung target nol emisi karbon. Ia menilai dana kelolaan sejenis belum banyak di-deploy Indonesia karena ekosistem climate tech masih tahap awal.
“Masalah lainnya, ekosistem sekarang masih menempel dengan ekosistem digital. Kita bicara waste management, circular economy, dan sebagainya, tetapi belum bisa dikatakan climate tech, masih menempel ke digital. Semua ujungnya masih ada aplikasi. Padahal, it’s slightly different. Maka itu, kita harus buat early stage fund untuk bangun ekosistem climate tech,” tambah Dennis.
Ia juga menyoroti bagaimana sulitnya pelaku di ekosistem ini berupaya mengakselerasi bisnisnya padahal telah mengembangkan teknologinya. Salah satu yang ia soroti adalah sektor circular economy. Misalnya, pengelolaan limbah/sampah tak hanya bicara soal aktivitas pengumpulannya saja, tetapi juga memikirkan bagaimana sampah dapat didaur ulang.
Untuk itu, ekspansinya ke regional dan global diharapkan dapat mengeksplorasi teknologi, pengetahuan, dan pengalaman lebih dalam dari negara-negara yang ekosistem climate tech sudah maju. Dengan begitu, upaya tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekosistem climate tech dalam negeri.
Dennis juga menyebut tengah menyiapkan perwakilan MCI di Australia, yang mana diharapkan dapat mempermudah perusahaan untuk mereplikasi program XYZ. “Negara-negara yang ekosistem climate tech-nya sudah maju, mereka sudah mulai puluhan tahun lalu. Kita bisa tap into their knowledge, technology, dan experience. Once the framework is set, we can scale, that’s what we have been doing, we’re replicating the framework. Pasti ada lokalisasinya, itu bisa disesuaikan.”
Sebagaimana ditetapkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), ada enam fokus area untuk mengatasi climate crisis antara lain Energy, Industry, Agriculture and Food, Forests and Land Use, Transport, Buildings and Cities.
Dana kelolaan MCI saat ini:
- Balance Sheet Fund dari Mandiri Group (aktif)
- BTN Fund (deployment 2024)
- Global Climate Tech Fund (initial fundraising)
- Merah Putih Fund (deployment 2024)
MCI memiliki dana kelolaan aktif Balance Sheet Fund dari Mandiri Group. Baru-baru ini, MCI juga mengumumkan kolaborasi dengan BTN sebagai fund manager BTN Fund yang fokus pada investasi di ekosistem digital housing, termasuk mortgage, proptech, construction tech, manufacturing tech, dan open banking.
“Kami sedang urus perizinan [BTN Fund] dengan OJK. Semoga bisa diluncurkan segera [tahun ini]. Kami ingin memastikan bisa membantu [BTN] untuk mengakselerasi proses transformasi digital mereka, karena [fund] ini sudah dipersiapkan sejak 2021. Deployment-nya bertahap, kami sudah mulai melakukan pre due dilligence,” ungkapnya.
Saat ini, MCI telah lebih dari 20 startup portofolio yang berasal dari 14 vertikal, mencakup lending, B2B value chain, hingga payment enabler.