Mengenal Ekosistem Startup di Indonesia
Per tahun 2022, pemerintah menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan nilai ekonomi yang diproyeksikan akan mencapai USD315 miliar pada tahun 2030. Hal ini didukung oleh meningkatnya pengguna internet di Indonesia sebanyak 210 juta orang pada kurun 2021-2022.
Ekonomi digital terbukti menjadi tumpuan ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi modal bagi para pebisnis untuk terus menghadirkan berbagai macam inovasi bisnis sebagai solusi atas masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Salah satu terobosan terbesar para pengusaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital adalah dengan hadirnya perusahaan rintisan atau startup. Saat ini, Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah perusahaan startup terbanyak di dunia dengan keberhasilan mencetak 2.346 startup aktif.
Pertumbuhan bisnis startup di Indonesia semakin melesat dari tahun ke tahun. Salah satu indikatornya adalah semakin banyaknya startup yang memiliki valuasi mencapai US$1 miliar yang berarti menyandang status Unicorn. Sebut saja Bukalapak, Traveloka, Kopi Kenangan, Ajaib, Tiket.com, OVO, DANA, dan AkuLaku adalah beberapa startup Unicorn yang menjadi kebanggaan Indonesia. Bahkan sudah ada dua startup dengan valuasi lebih dari US$10 miliar yakni GoTo dan J&T Express yang otomatis statusnya menjadi startup Decacorn.
Perkembangan ini melengkapi ekosistem startup dimana startup berperan penting, mulai dari menyediakan solusi digital terhadap kebutuhan sehari-hari, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendorong pencapaian dan daya saing teknologi Indonesia.
Apa Itu Ekosistem Startup
(sumber: pexels.com)
Ekosistem startup adalah sekelompok orang atau organisasi terkait yang bekerja sebagai sistem untuk membuat dan menskalakan startup baru. Seringkali, ekosistem ini terbentuk di area yang relatif terbatas seperti perusahaan teknologi. Ekosistem ini menyatukan pelaku bisnis dan pemangku kepentingan utama yang tertarik pada usaha rintisan. Termasuk di dalamnya adalah pengusaha baru, mentor, inkubator, investor, dan layanan pendukung seperti hukum.
Pada dasarnya, startup tidak bisa tumbuh sendiri karena lahir di dalam bagian dari entitas. Sehingga dibutuhkan sebuah ekosistem khusus agar startup bisa dengan aman dan nyaman berkembang. Modal dari investor dan entitas lain merupakan salah satu kunci terciptanya ekosistem ini. Apalagi jika pengusaha startup dapat menciptakan produk yang menarik bagi investor.
Namun harus disadari, berinvestasi di sektor startup risikonya sangatlah tinggi. Bahkan, tim paling cerdas dan inovatif pun mungkin bisa gagal. Maka, ekosistem startup harus mendukung kegagalan si pengusaha tersebut. Ekosistem startup yang baik wajib menganggap pengusaha yang gagal ini sebagai pengusaha yang berpengalaman, tidak memberikan sentimen negatif, tidak meremehkan, dan terus memberikan pembinaan.
Hal ini sangat mendorong keberlangsungan ekosistem ini karena tidak ada pengusaha startup yang takut mencoba dan terus berinovasi. Itulah salah satu faktor mengapa startup terus bertumbuh sekiranya pernah mengalami kegagalan.
Apabila terdapat puluhan startup dengan tim dan ide hebat yang saling mendukung, serta banyak entitas ekosistem lain yang mendukungnya, kemungkinan besar beberapa startup akan tumbuh menjadi sukses. Inilah sebabnya mengapa menilai ekosistem startup harus secara keseluruhan, bukan melalui startup itu sendiri ataupun dilihat dari kesuksesan dan kegagalannya saja.
Faktor Pendukung Ekosistem Startup
Demi terciptanya ekosistem startup yang baik, terdapat beberapa faktor yang mendukung kehadiran startup di Indonesia.
1. Iklim Ekonomi
Iklim ekonomi global mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional sehingga hal ini menjadi faktor terbesar hadirnya ekosistem startup di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang positif akan menentukan pasar yang tersedia, hubungan antar bisnis lokal maupun internasional, dan tingkat insentif dari pemerintah.
2. Funding
Pendanaan pada startup yang dilakukan oleh lembaga keuangan adalah hal yang krusial dalam keberlangsungan startup di Indonesia. Sentimen ekonomi yang positif akan melancarkan pendanaan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan modal ventura (venture capital), perbankan, para investor, dan lembaga keuangan lainnya.
3. Pengalaman dan Pengetahuan
Pendanaan kepada startup lekat dengan modal ventura. Tidak hanya memberikan suntikkan dana, perusahaan modal ventura yang telah berpengalaman juga menyediakan pembinaan terhadap startup dalam rangka mengembangkan bisnisnya. Dukungan lembaga ventura ini menjadi bahan bakar jalannya ekosistem startup di Indonesia.
Riset pada tahap awal pembentukan startup sangat penting dilakukan agar produk atau layanan yang akan diproduksi layak di pasaran. Memperbanyak riset akan memperkaya pengetahuan bisnis startup yang nantinya akan berguna untuk ekosistem startup itu sendiri.
4. Infrastruktur
Infrastruktur pendukung ekosistem startup yang terpenting adalah teknologi yang terintegrasi. Tidak dipungkiri bahwa lahirnya perusahaan rintisan dikarenakan Indonesia telah memasuki era digitalisasi yang ditandai dengan majunya teknologi. Lengkapnya infrastuktur teknologi memudahkan startup dalam menjalankan bisnisnya. Pemanfaatan teknologi juga menjadi alternatif efisiensi modal yang dimiliki startup.
Infrastruktur pendukung startup termasuk industri telekomunikasi yang mencakup segala kebutuhan internet mulai dari satelit, kabel optik, router dan masih banyak lagi. Selain itu, terdapat inovasi perangkatnya mulai dari PC, smartphone, tablet dan lain-lain. Ada pula industri komputerisasi yang mencakup juga hardware dan software.
5. Tenaga Kerja Ahli
Telah didukung oleh industri teknologi, ekosistem startup di Indonesia tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya tenaga kerja ahli di bidangnya. Sebuah startup sangat memerlukan sumber daya manusia ahli yang dapat membantu percepatan pertumbuhan bisnisnya. Mulai dari pengembangan operasional perusahaan, pengembangan produk dan layanan, kegiatan pemasaran, dan lain-lain.
6. Keterhubungan
Saat ini, banyak startup di Indonesia yang mampu membuka cabangnya sampai Asia Tenggara. Hal ini berkat globalisasi yang membuat dunia semakin kecil. Makin dekatnya dunia membuat dukungan meluas sampai ke tingkat global. Dukungan global membuat ekosistem startup di Indonesia melaju pesat dan menciptakan pasar internasional sehingga keberadaannya dapat diterima di beberapa negara.
Tidak hanya hubungan internasional, koneksivitas antar startup nasional memperkuat ekosistem startup di Indonesia. Ekosistem nasional yang kuat akan meminimalisir risiko kegagalan bisnis startup.
7. Regulasi
Tidak sempurna apabila suatu ekosistem bisnis tidak didukung oleh regulasi dari pihak yang berwenang. Karena peningkatan bisnis startup berpengaruh pada pendapatan negara, pemerintah sebagai regulator mengatur sektor ini agar mempunyai kehidupan yang lebih panjang. Dengan regulasi yang adil, maka ekosistem startup akan bisa bertahan dan menghasilkan keuntungan dengan tanggung jawab.
Kesimpulannya adalah, ekosistem startup di Indonesia sudah mulai terbangun karena sudah memenuhi faktor-faktor penting dalam terbentuknya suatu ekosistem. Walaupun mungkin belum sebesar negara-negara maju seperti Amerika Serikat dengan Silicon Valley-nya, Inggris, Jerman, Australia, Singapura dan masih banyak negara lain yang jauh memiliki ekosistem startup yang lebih matang.
Namun, dengan berhasilnya startup-startup hingga menyandang status Decaron dan Unicorn, bahkan beberapa sudah melantai bursa, ini menunjukkan iklim positif bagi kemajuan startup di Indonesia.
Cari tahu lebih lanjut tentang ekosistem startup dan informasi menarik lainnya di https://mandiri-capital.co.id/