PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang merupakan Corporate Venture Capital (CVC) serta perusahaan anak dari PT Bank Mandiri Persero Tbk, baru saja merilis Trends & Outlook 2023: Opportunities During Tech Slowdown.
MCI melihat terdapat dua penyebab utama dunia tengah memasuki tech slowdown. Pertama, belum melakukan perencanaan masa depan yang tepat. Startup cenderung mengharapkan periode pertumbuhan eksponensial di beberapa sektor yang dipicu oleh pandemi untuk berlanjut ketika keadaan telah kembali normal.
Kedua, belum menghasilkan inovasi. Misalnya, menawarkan produk atau servis yang sebelumnya sudah populer di pasar.
Pada awalnya, startup cenderung akan ‘membakar uang’ untuk membangun top-of-mind merek dan menjangkau target pasar mereka. Namun, saat ini telah terbukti bahwa strategi ini tidak selalu berhasil karena pada dasarnya startup adalah sebuah bisnis yang harus mencari profitability.
“Saat ini startup harus fokus kepada inisiatif yang memiliki dampak positif terhadap bottom line untuk memiliki path to profitability dan mencapai self sustain. Tidak lagi growth at any cost,” kata Dennis Pratistha Chief Investment Officer MCI.
Secara global, menurut CB Insights dalam State of Venture 2022 Report, perusahaan yang didukung modal ventura hanya mencapai $415,1 miliar di sepanjang tahun 2022 atau turun 35% dibandingkan tahun 2021.
Penurunan pendanaan paling dalam di tahun 2022 terjadi di sektor kesehatan digital dimana startup healthtech berkurang 57% (yoy), startup teknologi ritel turun 52% (yoy), dan startup fintech turun 46% (yoy). Sedangkan berdasarkan wilayahnya, Asia mengalami kontraksi terbesar dimana pendanaannya berkurang 40% (yoy). Selanjutnya, Amerika Serikat dan Eropa keduanya melemah 17% (yoy).
Di tahun 2023, startup perlu memperhatikan pertama, biaya operasional. Hal ini tidak selalu berarti mengurangi pertumbuhan, tetapi dapat dengan mengevaluasi kembali proses bisnis dengan struktur yang efisien.
“Dalam sisi operasional, baik tenaga kerja, pemasaran, dan infrastruktur cloud, startup harus memastikan bahwa mereka memilih model yang paling hemat biaya dan tidak menggunakan lebih banyak daripada yang mereka butuhkan,” jelas Rino Bernando, Chief Financial Officer MCI.
Selanjutnya, orang-orang di belakang startup harus selalu mengasah kompetensi dan bergabung ke dalam komunitas profesional. Perusahaan harus membantu tim untuk memiliki keterampilan digital karena sangat penting bagi bisnis.
Kedua, startup harus berinovasi dan memecahkan masalah. Saat ini investor cenderung berfokus pada fundamental bisnis dengan penekanan pada pendapatan. Solusi atas permasalahan yang ditawarkan oleh startup pun harus memiliki model bisnis yang tepat dan dapat menghasilkan pendapatan agar dapat bertahan, sehingga startup dituntut harus memiliki path to profitability.
Salah satu portfolio MCI, Jimmy Petrus, selaku Founder dan CEO dari iSeller Commerce menyatakan apresiasinya, “Sejak menjalin kerjasama strategis dengan MCI dan ekosistem Mandiri, kami semakin dekat dalam merealisasikan visi iSeller untuk dapat berkontribusi dalam kemajuan sektor perekonomian di Indonesia, khususnya bagi UMKM. Kami percaya dengan kerjasama ini, kami dapat menjangkau lebih banyak lagi UMKM di Indonesia dan memberdayakan mereka dengan solusi digital dan teknologi finansial kami yang komprehensif”
Dalam melakukan penanaman modal ke startup, MCI tidak hanya melihat aspek investment gain tetapi juga kontribusi bisnis yang dapat diberikan kepada startup melalui sinergi dengan Mandiri Group. Sinergi positif akan menghasilkan business growth yang mampu menjadi fondasi untuk menghadapi tantangan ekonomi. Maka dari itu, MCI terus aktif membuat inisiatif strategis yang mampu menjadi wadah untuk saling berkolaborasi.
Rabbi Givatama, SEVP Investment dan Synergy MCI, memastikan bahwa “Melalui inisiatif Xponent yang kami hadirkan di tahun lalu diikuti oleh 40+ startups dan 20 unit bisnis di Mandiri telah terwujud 5 kerjasama, baik itu dari startup portfolio maupun non-portfolio. Xponent akan hadir kembali di bulan Maret 2023 dengan misi yang sama yaitu mendorong pertumbuhan bisnis startup dan Mandiri Group melalui sinergi, MCI hadir dan siap menjadi front end dari penguatan inovasi dan kolaborasi tersebut.”
Beberapa inisiatif strategis lain akan MCI jalankan di tahun 2023, seperti accelerator dan MCI Labs dengan tujuan membangun knowledge, business traction dan networks bagi startup, serta memperkenalkan inovasi baru kepada Mandiri Group. Dalam menjalankan inisiatif ini, MCI akan membuka ruang kolaborasi dengan mitra-mitra strategis lain.
“MCI akan lebih agresif dalam melakukan pengembangan strategic initiatives melalui value creation untuk dapat lebih memaksimalkan potensi sinergi dengan startups. Selama ini aktivitas sinergi memiliki peranan penting dalam membantu startup mendapatkan traction dan captive market dari Mandiri Group.” ujar Rabbi Givatama.
Setiap keputusan sulit yang diambil oleh bisnis di tahun 2022 harus menjadi pelajaran untuk tahun 2023. Startup harus berefleksi, melihat ke depan, dan merencanakan pertumbuhan yang berkelanjutan pada tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang. “Mandiri Capital Indonesia selalu memprioritaskan fundamental bisnis untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Rino Bernando.
Terhitung sejak 2022, MCI telah mengelola dua Fund tambahan, yaitu Indonesia Impact Fund (IIF) dan Merah Putih Fund. Di tahun 2023, IIF siap untuk meningkatkan jumlah dana kelolaan melalui kerjasama strategis dengan sektor swasta dan BUMN, sehingga IIF dapat lebih berperan aktif untuk mendorong kegiatan impact investing dan mendorong terciptanya dampak positif di lingkungan dan masyarakat Indonesia.
“Startup masih dapat berkembang meskipun mendapatkan banyak tantangan. Selama startup membangun fundamental bisnis yang kuat dan agile, serta mencari peluang yang baru, perusahaan akan dapat mencapai bisnis yang berkelanjutan,” tutup Dennis Pratistha.
Sumber: https://www.digination.id/read/018806/mandiri-capital-indonesia-rilis-outlook-2023-perencanaan-investasi-di-masa-tech-slowdown